4/22/07

SURAT DARI KEFA: Pejalan kaki


Menjelang bukit Kefa, aku berhenti sejenak. Hari itu, aku sedang menuju arah perbatasan Atambua. Sembari menikmati hangatnya isapan kretek, pikiranku melayang-layang ke atas awan yang menggumpal. Tiada terasa kerinduanku pada puluhan anak-anak di bukit Ciliwung membuatku tertekan. Dan, sangat sendirian.

Bukit Kefa dengan udaranya yang lepas terbuka, mengingatkanku pada hari-hari akhir pekan. Bila aku ada di Jakarta, mungkin saat ini aku sedang mengajar anak-anak bahasa Inggris. Angka demi angka akan kuajarkan pada makhluk-makluk kecil di bukit teh itu. Ya, perasaan kecintaan yang mendalam, memang tiada yang mampu membatasi. Sementara jarak antara aku dan anak-anak terpisah ribuan kilo meter dan lapangannya lautan.

Di bukit Kefa, matahari mulai mencorong di atas kepala. Tidak ada riuh tawa anak-anak, tiada kelucuan yang lugu di sini. Sangat jauh merentang, antara harapan dan tubuh ini. Meninggalkan persahabatan, sungguh tiada seorang pun dapat menggantikan.
Sekian lama pejalan kaki ini mengembara di tanah baru yang tak pernah terbayang dalam pikiran. Hanya perasaan mencekam menjadi ruang yang menjulur panjang melintasi bukit dan lautan.

Sekali lagi, kuhitung dan kuhitung jumlah anak-anak Cikoneng dalam bayangan. Kalian tidak sendirian dalam kemiskinan. Bergembiralah dalam masa-masa kecil yang membuat hati cemburu siapa pun. Hanya kalian yang mempunyai senyum yang kukenang dalam pikiran. Kutambatkan kasih seorang kakak yang merindukan; tiada lagi kebodohan dan penindasan di tanah luas yang kau sebut Indonesia.

* Catatan : Kefa adalah daerah perbukitan di daratan Flores, sekitar empat jam perjalanan tempuh dari ibu kota Nusa Tenggara Timur, Kupang. Daerah perbukitan ini sangat sejuk. Dalam perjalanan, daerahnya mirip puncak.


Nor Pud Binarto

No comments: