4/20/07

KartiniI dari Cikoneng


April selalu mengingatkan kita pada Kartini. Perjuangan hak perempuan,selalu dikenang, sebagai emansipasi. Benarkah ? Semuanya masih jauh dari harapan. Sejarah yang diucapkan menjadi sangat birokratik, formalistik dan sangat ORDEBARUIS. Ini,memang, bukan hal yang mudah dimengerti. Tapi, tidak perlu semagah perayaan Kartini, Persoalaan sekolah saja, anak-anak perempuan di Cikoneng belum sampai menempuh pendidikan sejalan impian Kartini.
Di Cikoneng, anak-anak terpaksa harus menikah pada usia sangat remaja. Lulus SD harus berkeluarga. Apa yang bisa dirasakan Kartini ? Kalau hanya berjarak sekian kilo meter dari Istana Negara, anak-anak perempuan di Cikoneng belum merasakan arti pembebasan. Mana cita kepantasan itu ? Kartini, cuma sebuah perayaan. Sebuah hiburan sejarah di waktu senggang. Bukan soal emansipasi. Ini perihal kewajibab negara mengurusi rakyatnya.
April menjelang tanggal 21, anak-anak akan merasakan cita-cita Kartini sangatlah jauh. Kekerasan negara terus berlangsung. Anak-anak diperkerjakan atau menikah dini. Lebih pedih ketimbang tangisan Kartini di istananya. Anak-anak di Cikoneng, adalah saksi kegagalan negara mengurusi hak-hak perempuan untuk memperoleh pendidikan.

No comments: