4/17/07

Cerita Sedih di Akhir Ajaran


Bukan maksud hati berbagi kesedihan. Namun kenyataannya memang begitu. Sungguh tidak terbayangkan, naka-anak setelah menyelesaikan bangku sekolah dasar, mereka tak lagi mampu meneruskan pendidikan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi.
Mereka akan mengakhiri masa kegembiraan anak-anaknya, untuk kemudian menikah pada usian yang masih sangat dini. Seharusnya anak-anak itu mempunyai kesempatan mengenyam pendidikan sekolah lanjutan, kemudian merasakan keindahan masa remaja. Tapi apa lacur, mereka harus menikah, mempunyai anak dan seperti orang tuanya menjadi pemetik daun teh. Lingkaran setan kemiskinan itu terus berlangsung dalam sejarah hidup orang Cikoneng, Cibelau dan Rawa Gede. Sejarah orang-orang yang terabaikan dalam peta pembangunan bangsa ini.
Tiada bermaksud berbagi kesedihan, apakah tali temali kemiskinan ini dapat kita putus ? Sehingga anak-anak di tiga kampung itu, juga punya hak untuk maju dan memberi arti dalam sejarah hidup bangsa ini ? Kami, tiada tau. Langkah-langkah kecil ini, sebagai jalan setapak untuk merintis perubahan dengan tindakan nyata. Namun, tidak mungkin kami lakukan sendirian. Kita perlu bersama-sama menerobos kebuntuan sejarah anak anak negri ini, mulai dari tempat ini.

1 comment:

DEDI DWITAGAMA said...

Kemiskinan terstruktur ...?