4/24/07

Bagaimana nasib mereka


Ujian akhir sekolah segera tiba. Anak kelas enam SD Cikoneng segera menyelesaikan masa belajarnya. Selain menyenangkan, ada kekhawatiran kami yang menguat. Bagaimana nasib pendidikan anak-anak itu setelah menyelesaikan masa belajarnya. Berdasarkan pengalaman yang pernah terjadi, anak-anak SDN Cikoneng seusai menyelesaikan masa belajarnya di SD Cikoneng, yang perempuan akan menikah, sementara yang laki-laki membantu orang tuanya menjadi pemetik daun teh.

Disinilah awal dari kemiskinan dimulai. Anak-anak tidak mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Mereka, anak-anak itu, masuk dalam pusaran kemiskinan baru. Sementara, nalar intelektualnya mampu menempuh pendidikan yang lebih baik. Adakah ini harus terus berulang ?

Dalam konteks masalah seperti ini, kemiskinan di perkebunan teh Ciliwung dan kebanyakan perkebunan lainnya, pendidikan anak-anak,memang kurang diperhatikan. Sejauh yang saya ketahui, nampaknya, pengelolaan pendidikan di tingkat awal, kurang mendapat perhatian. Pasalnya, bukan karena orang tua mereka tidak mau menyekolahkan anaknya lebih tinggi. Akar masalah yang ada, karena orang tua anak-anak tidak berkemampuan untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka.

ANAK INDONESIA GEMBIRA sebagai working group (baca: bukan NGO/LSM) merupakan sebuah forum bersama dari masyarakat sipil di Jakarta yang concern terhadap pengembangan pendidikan terutama di kalangan miskin, mengajak teman-teman untuk secara bersama memikirkan persoalan ini. Dengan demikian, akan muncul beragam gagasan yang memungkinkan persoalan pendidikan bagi anak-anak di kalangan miskin tertanggulangi. Antara lain, dengan mengajak anda dalam Program Orang Tua Asuh bagi anak-anak didik di SD Cikoneng. Bila berminat, silahkan mengirim SMS ke 0811 86 11 85. Terimakasih.

No comments: