
Sebagai sebuah sekolah dasar, SDN Cikoneng masih jauh dari pantas. Letak SDN Cikoneng tertutup oleh bukit-bukit kebun teh. Sekitar 200 anak-anak harus menyusuri bukit teh, sebelum akhirnya sampai ke sekolah. Kalau mobil truk pengakut teh datang ke desa Cibelau atau Rawa Gede, maka anak-anak SDN Cikoneng terbebas jalan kaki sepanjang 8 km dari desanya untuk berangkat sekolah.
Akar masalah dari semua ini adalah kemiskinan. Bahkan, sejak perkebunan teh ini berada, pendidikan tertinggi di desa ini cuma sampai SD. Kalau sudah lulus SD lalu akhirnmya menikah, dan anak-anak mereka kembali menjadi pemetik teh. Lingkaran setan seperti ini terus berlangsung sepanjang sejarah bangsa ini berdiri.
Untuk mengajak mereka keluar dari kemiskinan, keterbelakangan semacam ini, tidak ada kata lain, kita harus bergerak menanamkan nilai-nilai baru yang menghantarkan anak-anak pada kenyataan baru. M ungkin, gerakan yang kita sepakati sebagai cara untuk memutus tali kemiskinan ini, masih terlalu jauh dari harapannya. Tetapi, sebagai sebuah upaya, tidak ada kata lain, kita bersama-sama harus memulainya dari sekarang.
Kita tidak mungkin membiarkan anak-anak itu terbelenggu dari satu kurun ke kurun untuk menjadi miskin. Mari kita mulai sebagai sebuah itikad untuk mengubah kemiskinan menjadi optimisme.
No comments:
Post a Comment